Saturday, March 8, 2014

Binnenalster, oh Binnenalster

Hey, hi, hello! Terus ya, dengan indahnya baru inget ini blog sudah gak tersentuh tiga bulan. Jadi tampaknya sekarang saatnya untuk mulai meng-update dikit-dikit tentang the missing three months ini, no?

Bukanlah suatu exaggeration kalau berkata bahwa "The first 3 months is hell." Ekspektasi tentang tiga bulan pertama ini memang sudah kayak mimpi buruk di bayangan saya, tapi sensasi menjalani secara benar-benar dan cuman membayangkan jelas-jelas beda, ya. Rasanya itu masa-masa yang paling bikin frustrasi (sekarang masih suka frustrasi sendiri tapi udah mendingan. Kayaknya.) entah karena faktor sekolah, bahasa, teman, anu, ono, ini; an emotional and physical roller coaster ride, lah.

Makanya waktu itu (sampai sekarang sih sebenarnya) saya sering keluar rumah untuk mencari personal solitude #elah. Ibarat handphone dan baterenya, kalau 'batere' saya mau habis, saya harus recharge dulu ke suatu tempat yang bikin saya tenang dan di mana saya bisa berdiam diri sendirian di sana. Kalau nggak, rasanya jadi susah berfungsi karena pikiran acak-adul—dan di metafora ini jadi kayak handphone nge-lag parah menjelang batere tinggal 5%, hahah. And what better place to do that than the Binnenalster lake?

Siang-menjelang-sore. Suramnya itu charm tersendiri, imo. Hahah.

Sunday, December 22, 2013

'tis The Season For Weinachtsmarkt

Mendekati Desember berarti mendekat Natal alias Weihnachts, dan saya baru tahu kalau di Jerman, Weihnachts itu srs bsns banget.

Dekorasi sudah dimulai dari pertengahan November dan sale natal sedikit demi sedikit sudah dimulai pula sejak awal Desember. Kalau dilihat malam-malam, banyak rumah dan wohnung (semacam apartemen) orang-orang sudah heboh dihiasi berbagai ornamen natal dan juga lampu kelap-kelip. Ada yang cuman sekedar lampu-lampu kecil, ada juga yang sampai dibentuk jadi kepala Santa Claus dan Reindeer-nya. Mau yang lebih heboh? Di beberapa rumah, saya ngeliat patung Weinachtsman (alias Santa Claus) di depan rumah mereka. Ada yang ceritanya lagi bawa karung berisi hadiah (mestinya sih hadiah), ada yang lagi turun dari cerobong asap pakai tali, banyak deh. Yang lebih gokil lagi, di depan wohnung saya ada patung Weinachtsman juga (walaupun yang masang bukan host-family saya), hoho.

Salah satu Weihnachtsmarkt di daerah yang bernama Jungfernstieg.

Cuman, yang paling ~*Jerman*~ dari semua ini adalah Christmas Markets-nya, yang dikenal dengan nama Weihnachtsmarkt kalau di sini. Kabarnya Weihnachtsmarkt di Jerman ini emang paling juara di dunia—dan memang benar. Ngeliat pakai mata sendiri di daerah Hamburg, memang cantik-cantik, apalagi kalau lagi gelap karena ada banyak lampu-lampu yang menghiasi tempatnya. Terlebih lagi karena di musim dingin matahari sudah tenggelam dari sekitaran jam 4 sore, kita bisa menikmati jalan-jalan di Weihnachtsmarkt tanpa harus menunggu jam 9 malam. Di setiap Weinachtsmarkt yang saya lihat di kota malah ada pohon natal besar dengan lampu kelap-kelip, malah. Makin keren lagi.

Lampu di pohon, lampu di depan stand, lampu di pohon, dan banyak lagi. Tapi nggak bosen ngeliatnya, hahah.

Barang yang dijual banyak banget di sini. Mulai dari dekorasi natal macem lilin, patung-patung kecil berbentuk Santa Claus dan bertema natal lainnya, kue-kue natal; sampai ada juga pernak-pernik lain yang unik (seperti barang-barang dari kulit, kayu, dan wol), dan tentunya ada banyak snacks lain seperti crepes, wurst, berbagai macam kacang-kacangan, schmalzkuchen, minuman khas yang bernama Gluhwine, bah, banyak deh pokoknya. Harus lihat sendiri untuk menikmati Weinachtsmarkt, nggak bisa mengungkapkan betapa 'wah!'-nya hanya dari foto-foto saja.


Yang dijual dari yang bertema natal seperti ini...

...sampai mainan-mainan (dihitung kerajinan tangan?) seperti ini juga.

Dan tadi saya sempat nyebut Schmalzkuchen—ini dia yang saya maksud. Mereka datang dalam 3 porsi, yaitu klein (kecil, 100 g), mittel (sedang, 200 g), dan gross (besar. Kalau nggak 300/400 g, saya lupa;;). Kue-kue kecil yang rasanya mirip donut dan ditaburi gula halus. Makannya pakai tusuk sate (seriusan). Awalnya ngira, "Ah apaan sih, kue begini doang. Paling rasanya biasa aja," terus taunya sekarang nagih. Bah.

Ini kalau nggak salah (...) porsi yang klein. Lumayan ngenyangin juga, kalau menurut saya.

Lalu, tanpa sadar sekarang sudah mau natal. Berarti, bulan Desember akan habis, dan itu berarti Weihnachtsmarkt-nya akan tutup. Sedih juga karena walaupun nggak selalu masuk, tapi saya seneng ngeliatnya. Orang-orang mengantri untuk membeli makanan, barang-barang unik (dan kadang aneh) yang ditaruh untuk display, dekorasi stand dan lampu heboh yang memanjakan mata, bau makanan yang bikin lapar, dekorasi natal dimana-mana—well, I'm going to miss it.

Ternyata suasana natal di Eropa—atau lebih tepatnya, Jerman—sangat hangat walaupun udaranya mendekati 0 derajat celsius. Hebat juga, ya. Jadinya walaupun saya nggak merayakan natal, saya jadi pengen balik ke sini lagi pas natal (meskipun untuk merasakan suasananya saja), hahah.

Monday, November 25, 2013

Sebenarnya Nggak Nyasar Juga, Sih

Haihai! Apa kabar semuanya? Kalau pakai bahasa Jerman, "Apa kabar?" itu "Wie gehts (es dir)?"

#asik

Tapi berhubung bahasa Jerman saya masih amburadul, marilah kita pakai bahasa Indonesia dulu daripada nanti ada orang Jerman yang baca ini blog dan keburu komplain karena Jerman saya parah sekali. Makanya saya juga nggak ngerti kenapa ada juga orang yang bilang "Du sprichst gut Deutsch!" (Literally "Kamu bicara bahasa Jerman yang bagus!" tapi biar lebih enak, mendingan di-translate jadi "Bahasa Jermanmu bagus!"), padahal ngelafal "Die köpfe" (translate: kepala (plural)) saja nggak bener sampe sekarang.

Anyways, di sini nggak bakal ngebahas panjang lebar tentang bahasa, tapi mau semacam cerita bahwa seumur-umur baru kali ini ngerasain sensasi nyasar dan harus kemana-mana sendiri. Berhubung di Jakarta nggak dibolehin naik kendaraan umum (karena faktor keamanan juga), merupakan pengalaman yang sangat berbeda begitu harus sendirian dan harus pakai kendaraan umum dan/atau jalan kaki kalau mau kemana-mana di sini. Namun karena udaranya segar (paling nggak jauh lebih segar dari Jakarta) dan kendaraan umumnya bagus, dibawa enjoy saja di sini. Belum lagi saya di sini diberikan fahrkarte, yaitu kartu transportasi umum yang—in my case—dapat dibeli perbulan, dan kalau punya kartu ini bisa naik bus + kereta (S-bahn & U-bahn) + water taxi secara gratis asal nunjukin itu kartu ke supir bus/kereta (kalau dicek)/water taxi-nya. Cetar membahana.

Nah—sudah sekitar 2 minggu di sini, dan acara nyasar-nyasar sebenarnya masih ada juga walaupun lama kelamaan sudah mulai berkurang (semoga). Mulai dari nggak ingat jalan pengakuan: ini faktor utama sering nyasar HAHAH, salah naik kereta 4 kali waktu mau pulang dari camp AFS gara-gara masih nggak mudeng sama sistem platform dan rute-rute keretanya, salah turun halte bus, banyak deh. Cuman, yah, emang yang namanya belajar lebih cepat kalau lewat pengalaman. Lebih cepat inget jalan kalau udah sering nyasar.

Waktu salah jalan mau balik dari sekolah ke rumah, cuman gara-gara keterusan jalan dan salah ngambil belokan #...

Maka beruntunglah saya punya satu teman AFS di Jerman yang juga tinggal di Hamburg. Bagai jadi tour guide dadakan, dia ngajak saya keliling pusat kota dan rasanya saya nggak akan nyasar parah sekarang kalau seandainya terdampar di sana pada suatu hari #hei Pengenalan kota (termasuk rute-rute kereta, halte bus/kereta patokan, dll), jalan-jalan dan mampir ke tempat-tempat menarik, dan juga sedikit wisata kuliner (walaupun cuman döner yang terkenal dengan porsi gede + rasa enak + harga oke dan es krim seharga 90 sen saja).

Harbour-nya (sekilas info: Hamburg terkenal sebagai 'kota pelabuhan'), salah satu taman dekat central station (Hauptbahnhof), dan depannya Hauptbahnhof sendiri yang selalu lengkap dengan orang-orang yang kelihatan buru-buru (I'm not even kidding).

Hamburg at night! Kesampean juga mau night photography di kota dengan pantulan cahaya lampu ke air, hahah.

Dan sekali lagi saya bilang, setelah jalan-jalan dengan dia, saya jadi lebih tenang karena ngerasa "paling nggak kalau nyasar udah ada beberapa patokan" (...) dan mulai merasa familiar dengan kota tempat tinggal untuk 9 bulan ke depan. Lagipula kalaupun masih suka nyasar (jangan sampe), saya nggak merasa segitu takut kalau nyasar di Hamburg. Beda sekali dengan di Jakarta—semua transportasi sudah punya jadwal dan memang teratur nggak kayak busway yang dulu sempet on-time 3 menit sekali tapi sekarang sampe baris di depan halte-nya, jalanannya terstruktur, udara isinya nggak cuman asap sehingga kalau mau jalan kaki jauh masih merasa nyaman, dan juga pemandangan—yang menurut saya—bagus buat cuci mata.

Makanya bener juga kata hostmom saya di sini—asal bermodal fahrkarte dan mental bagus (alias nggak kemudian jadi super panik dan nangis waktu nggak tau jalan), pasti bisa pulang ke rumah dengan selamat.

Saturday, November 9, 2013

And I am now in...


Posting from Hamburg, Deutschland.

Wow.

Akhirnya nyampe juga ke sini. Seperti yang dibilang di post sebelumnya, saya menunggu sebuah 'kegiatan' yang akan berlangsung sekitar 8-9 bulan. Said kegiatan adalah program pertukaran pelajar (dari AFS/Bina Antarbudaya) dan kebetulan (atau nggak?), saya ditempatkan di Jerman dan dapat kota di Hamburg. Setelah total perjalanan 20+ jam dari Indonesia, nyampe juga dengan badan utuh di negara ini. Kya.

Dan kesan pertama tetaplah 1.) "Njir, dingin juga, ya." dan 2.) Titans. Titans everywhere.

#hoi

Anyways, I will be looking forward to stuff that will happen in the near future! Semoga saya bisa belajar dan meng-experience banyak hal nanti di Jerman, whoo.

Wednesday, October 16, 2013

Temporary NEET?

Yes—I am now a (hopefully) temporary NEET, alias Not in Education, Employed, or Training. Sekolah sudah selesai, belum bisa kuliah karena menunggu sesuatu ('sesuatu' itu juga akan dilaksanakan selama kurang-lebih 8-9 bulan dan akan dibocorin sebentar lagi), dan waktu untuk nyari kerjaan ataupun magang ke suatu tempat juga mepet sekali. Alhasil, nganggur banget di rumah. Dari dulu kepengen tahu hidup jadi NEET itu gimana, dan sekarang akhirnya bisa ngerasain juga. How does it feel?

Well, mixed feelings juga, sih.

Di satu sisi lepas dari beberapa kewajiban dan rasanya plong, kecuali kalo mendadak lupa ada PR les yang harus dikumpulin keesokan harinya #... Waktu luang juga buanyak sekali, dan jauh lebih banyak dari waktu homeschooling dulu. Untungnya (?) sih, akhir tahun ini deretan convention banyak sekali, jadi selain switch shop-a-holic nyala, jadi termotivasi juga ngeliat karya-karya orang lain.


So, sepertinya dari tengah bulan lalu sampai sekarang, saya fokus ke 'getting the hell out of my comfort zone in drawing'. Hasilnya, menurut saya, efektif banget, secara saya ini notorious dan sering diasosiasikan dengan kata 'mager' dan/atau 'malas'. Jadi nemu hal-hal yang baru dan berhasil eksperimen juga, dan karena itu pula "akhirnya kesampean nyoba X" bisa diucapkan. Asik.

Selanjutnya? Lanjut, dong. Masih banyak hal yang pengen dilakukan, yang pengen dicapai, tancap gas, gan. Lanjuut.

(Tapi jangan lanjut jadi NEET. Serius, nganggur kayak gini bosen juga, ya. Pengen ngapaiiin, gitu. Semoga 'sesuatu' itu cepat terjadi, deh. Nanti diceritain di sini kok.)