#asik
Tapi berhubung bahasa Jerman saya masih amburadul, marilah kita pakai bahasa Indonesia dulu daripada nanti ada orang Jerman yang baca ini blog dan keburu komplain karena Jerman saya parah sekali. Makanya saya juga nggak ngerti kenapa ada juga orang yang bilang "Du sprichst gut Deutsch!" (Literally "Kamu bicara bahasa Jerman yang bagus!" tapi biar lebih enak, mendingan di-translate jadi "Bahasa Jermanmu bagus!"), padahal ngelafal "Die köpfe" (translate: kepala (plural)) saja nggak bener sampe sekarang.
Anyways, di sini nggak bakal ngebahas panjang lebar tentang bahasa, tapi mau semacam cerita bahwa seumur-umur baru kali ini ngerasain sensasi nyasar dan harus kemana-mana sendiri. Berhubung di Jakarta nggak dibolehin naik kendaraan umum (karena faktor keamanan juga), merupakan pengalaman yang sangat berbeda begitu harus sendirian dan harus pakai kendaraan umum dan/atau jalan kaki kalau mau kemana-mana di sini. Namun karena udaranya segar (paling nggak jauh lebih segar dari Jakarta) dan kendaraan umumnya bagus, dibawa enjoy saja di sini. Belum lagi saya di sini diberikan fahrkarte, yaitu kartu transportasi umum yang—in my case—dapat dibeli perbulan, dan kalau punya kartu ini bisa naik bus + kereta (S-bahn & U-bahn) + water taxi secara gratis asal nunjukin itu kartu ke supir bus/kereta (kalau dicek)/water taxi-nya. Cetar membahana.
Nah—sudah sekitar 2 minggu di sini, dan acara nyasar-nyasar sebenarnya masih ada juga walaupun lama kelamaan sudah mulai berkurang (semoga). Mulai dari nggak ingat jalan
Waktu salah jalan mau balik dari sekolah ke rumah, cuman gara-gara keterusan jalan dan salah ngambil belokan #... |
Maka beruntunglah saya punya satu teman AFS di Jerman yang juga tinggal di Hamburg. Bagai jadi tour guide dadakan, dia ngajak saya keliling pusat kota dan rasanya saya nggak akan nyasar parah sekarang kalau seandainya terdampar di sana pada suatu hari #hei Pengenalan kota (termasuk rute-rute kereta, halte bus/kereta patokan, dll), jalan-jalan dan mampir ke tempat-tempat menarik, dan juga sedikit wisata kuliner (walaupun cuman döner yang terkenal dengan porsi gede + rasa enak + harga oke dan es krim seharga 90 sen saja).
Hamburg at night! Kesampean juga mau night photography di kota dengan pantulan cahaya lampu ke air, hahah. |
Dan sekali lagi saya bilang, setelah jalan-jalan dengan dia, saya jadi lebih tenang karena ngerasa "paling nggak kalau nyasar udah ada beberapa patokan" (...) dan mulai merasa familiar dengan kota tempat tinggal untuk 9 bulan ke depan. Lagipula kalaupun masih suka nyasar (jangan sampe), saya nggak merasa segitu takut kalau nyasar di Hamburg. Beda sekali dengan di Jakarta—semua transportasi sudah punya jadwal dan memang teratur
Makanya bener juga kata hostmom saya di sini—asal bermodal fahrkarte dan mental bagus (alias nggak kemudian jadi super panik dan nangis waktu nggak tau jalan), pasti bisa pulang ke rumah dengan selamat.