Sunday, April 21, 2013

A Change Might (Hopefully) Be Good

Seminggu terakhir ini, seorang Asa mulai rewel ingin potong rambut. Ke siapa pun, di mana pun—apalagi kalau cuaca dan/atau udara sedang panas—kalimat "Ah gila pengen potong rambut," pasti keluar dari mulut. Sebenarnya sih ini penyakit triwulan (atau 4 bulan sekali—apa sih namanya nih?), dimana tiap tiga bulan pasti rambut sudah mulai panjang dan menggelitiki leher. Gerah, lah. Panas, lah. Nggak tahan saya sama rambut panjang walaupun dulu rambut saya pernah sepanjang Sadako (...). Cuman kali ini yang mengganggu bukan hanya rambut di bagian belakang, tapi juga poni saya.

Sehingga akhirnya karena kesal sendiri, saya memutuskan untuk potong poni sendiri. Hasilnya?

Yeehaaaaaaw. Self portrait gini cukup lah, ya.

Begitulah. Mungkin untuk yang nggak pernah lihat saya di dunia asli akan biasa-biasa saja. Untuk yang sudah pernah? When you see it, you will shit bricks be asking questions. Ah tapi biarlah kalau teman-teman saya pada nggak suka, yang penting saya puas dan—hei, akhirnya sudah cukup bernyali untuk berubah dikit-dikit.

Baby steps dari poni. Boleh, lah.

Wednesday, April 10, 2013

Earphone-nya Berenang?

Ceritanya—kemarin malam dengan indahnya earphone Apple saya (yang lama, yang satu bundle dengan iPod Touch itu) nyemplung ke dalam gelas Milo dingin yang saat itu sedang bertugas menemani saya mengerjakan soal-soal latihan matematika. Bagaimana ceritanya? Saya sendiri juga nggak ngerti. Pokoknya sewaktu saya mengambil earphone itu kembali dan kemudian mencobanya, suaranya jadi lebih jelek dan lebih pelan dari sebelumnya. Bah. Jadilah saya harus beralih kepada earphone handphone Samsung saya yang... kualitas suaranya standar sekali.

Sebenarnya, sih, saya antara senang dan sedih dengan kejadian ini. Senang karena ada alasan untuk ganti earphone, tapi juga sedih karena berarti earphone saya tinggal satu dan karena saya sudah terlanjur pewe dengan earphone Apple. Semestinya yang Samsung ini buat cadangan saja—dan, benar pula saya jadikan cadangan, karena akhirnya terpakai juga—but, oh well. Memang titah dari yang di atas disuruh ganti dan nabung buat earphone yang bagusan.

Lalu untuk yang mengikuti blog saya (emang ada gitu yang ngikutin?), mungkin kalian bertanya; buat apa si Asa butuh headphone dan earphone? Jawabannya—kalau yang earphone itu untuk skype-an, menonton film di laptop, dan kadang untuk nge-drum (karena saya pakai drum elektrik). Kuping saya kurang bersahabat kalau menggunakan headphone saat melakukan hal-hal seperti itu. Jadi kalau headphone, tentu saja untuk mendengarkan lagu. Karena itu pula kalau memilih headphone, saya pasti memilih yang bass-nya kencang.

Beruntung pula seorang manusia yang baik hati memberi saya headphones idaman saya sewaktu saya berulang tahun 2 minggu yang lalu, yakni Sennheiser PX200II. Ihiy. Jadi sekarang headphone Sennheiser saya ada dua. Yang satu (yang besar, yang HD201) saya pakai di rumah, sedangkan yang kecil dan jauh lebih portable (PX200II bisa dilipat dan ada sarungnya pula hurrhurr) adalah yang saya bawa kemana-mana.

Kiri ke kanan, atas ke bawah: earphone Samsung yang satu bundle dengan handphone, earphone Apple yang satu bundle dengan iPod Touch, headphone Sennheiser HD201, headphone Sennheiser PX200II beserta sarungnya (...)

Kalau untuk earphone—nah, kita lihat apakah saya sudah cukup berduit atau beruntung untuk membeli earphone baru yang kualitasnya lebih oke. Mungkin antara Sennheiser lagi, iye saya langganan sama ini merek atau earphone Apple yang baru, yang—to my surprise and probably everyone's—jauh lebih bagus dari yang dulu.