Sunday, December 22, 2013

'tis The Season For Weinachtsmarkt

Mendekati Desember berarti mendekat Natal alias Weihnachts, dan saya baru tahu kalau di Jerman, Weihnachts itu srs bsns banget.

Dekorasi sudah dimulai dari pertengahan November dan sale natal sedikit demi sedikit sudah dimulai pula sejak awal Desember. Kalau dilihat malam-malam, banyak rumah dan wohnung (semacam apartemen) orang-orang sudah heboh dihiasi berbagai ornamen natal dan juga lampu kelap-kelip. Ada yang cuman sekedar lampu-lampu kecil, ada juga yang sampai dibentuk jadi kepala Santa Claus dan Reindeer-nya. Mau yang lebih heboh? Di beberapa rumah, saya ngeliat patung Weinachtsman (alias Santa Claus) di depan rumah mereka. Ada yang ceritanya lagi bawa karung berisi hadiah (mestinya sih hadiah), ada yang lagi turun dari cerobong asap pakai tali, banyak deh. Yang lebih gokil lagi, di depan wohnung saya ada patung Weinachtsman juga (walaupun yang masang bukan host-family saya), hoho.

Salah satu Weihnachtsmarkt di daerah yang bernama Jungfernstieg.

Cuman, yang paling ~*Jerman*~ dari semua ini adalah Christmas Markets-nya, yang dikenal dengan nama Weihnachtsmarkt kalau di sini. Kabarnya Weihnachtsmarkt di Jerman ini emang paling juara di dunia—dan memang benar. Ngeliat pakai mata sendiri di daerah Hamburg, memang cantik-cantik, apalagi kalau lagi gelap karena ada banyak lampu-lampu yang menghiasi tempatnya. Terlebih lagi karena di musim dingin matahari sudah tenggelam dari sekitaran jam 4 sore, kita bisa menikmati jalan-jalan di Weihnachtsmarkt tanpa harus menunggu jam 9 malam. Di setiap Weinachtsmarkt yang saya lihat di kota malah ada pohon natal besar dengan lampu kelap-kelip, malah. Makin keren lagi.

Lampu di pohon, lampu di depan stand, lampu di pohon, dan banyak lagi. Tapi nggak bosen ngeliatnya, hahah.

Barang yang dijual banyak banget di sini. Mulai dari dekorasi natal macem lilin, patung-patung kecil berbentuk Santa Claus dan bertema natal lainnya, kue-kue natal; sampai ada juga pernak-pernik lain yang unik (seperti barang-barang dari kulit, kayu, dan wol), dan tentunya ada banyak snacks lain seperti crepes, wurst, berbagai macam kacang-kacangan, schmalzkuchen, minuman khas yang bernama Gluhwine, bah, banyak deh pokoknya. Harus lihat sendiri untuk menikmati Weinachtsmarkt, nggak bisa mengungkapkan betapa 'wah!'-nya hanya dari foto-foto saja.


Yang dijual dari yang bertema natal seperti ini...

...sampai mainan-mainan (dihitung kerajinan tangan?) seperti ini juga.

Dan tadi saya sempat nyebut Schmalzkuchen—ini dia yang saya maksud. Mereka datang dalam 3 porsi, yaitu klein (kecil, 100 g), mittel (sedang, 200 g), dan gross (besar. Kalau nggak 300/400 g, saya lupa;;). Kue-kue kecil yang rasanya mirip donut dan ditaburi gula halus. Makannya pakai tusuk sate (seriusan). Awalnya ngira, "Ah apaan sih, kue begini doang. Paling rasanya biasa aja," terus taunya sekarang nagih. Bah.

Ini kalau nggak salah (...) porsi yang klein. Lumayan ngenyangin juga, kalau menurut saya.

Lalu, tanpa sadar sekarang sudah mau natal. Berarti, bulan Desember akan habis, dan itu berarti Weihnachtsmarkt-nya akan tutup. Sedih juga karena walaupun nggak selalu masuk, tapi saya seneng ngeliatnya. Orang-orang mengantri untuk membeli makanan, barang-barang unik (dan kadang aneh) yang ditaruh untuk display, dekorasi stand dan lampu heboh yang memanjakan mata, bau makanan yang bikin lapar, dekorasi natal dimana-mana—well, I'm going to miss it.

Ternyata suasana natal di Eropa—atau lebih tepatnya, Jerman—sangat hangat walaupun udaranya mendekati 0 derajat celsius. Hebat juga, ya. Jadinya walaupun saya nggak merayakan natal, saya jadi pengen balik ke sini lagi pas natal (meskipun untuk merasakan suasananya saja), hahah.

Monday, November 25, 2013

Sebenarnya Nggak Nyasar Juga, Sih

Haihai! Apa kabar semuanya? Kalau pakai bahasa Jerman, "Apa kabar?" itu "Wie gehts (es dir)?"

#asik

Tapi berhubung bahasa Jerman saya masih amburadul, marilah kita pakai bahasa Indonesia dulu daripada nanti ada orang Jerman yang baca ini blog dan keburu komplain karena Jerman saya parah sekali. Makanya saya juga nggak ngerti kenapa ada juga orang yang bilang "Du sprichst gut Deutsch!" (Literally "Kamu bicara bahasa Jerman yang bagus!" tapi biar lebih enak, mendingan di-translate jadi "Bahasa Jermanmu bagus!"), padahal ngelafal "Die köpfe" (translate: kepala (plural)) saja nggak bener sampe sekarang.

Anyways, di sini nggak bakal ngebahas panjang lebar tentang bahasa, tapi mau semacam cerita bahwa seumur-umur baru kali ini ngerasain sensasi nyasar dan harus kemana-mana sendiri. Berhubung di Jakarta nggak dibolehin naik kendaraan umum (karena faktor keamanan juga), merupakan pengalaman yang sangat berbeda begitu harus sendirian dan harus pakai kendaraan umum dan/atau jalan kaki kalau mau kemana-mana di sini. Namun karena udaranya segar (paling nggak jauh lebih segar dari Jakarta) dan kendaraan umumnya bagus, dibawa enjoy saja di sini. Belum lagi saya di sini diberikan fahrkarte, yaitu kartu transportasi umum yang—in my case—dapat dibeli perbulan, dan kalau punya kartu ini bisa naik bus + kereta (S-bahn & U-bahn) + water taxi secara gratis asal nunjukin itu kartu ke supir bus/kereta (kalau dicek)/water taxi-nya. Cetar membahana.

Nah—sudah sekitar 2 minggu di sini, dan acara nyasar-nyasar sebenarnya masih ada juga walaupun lama kelamaan sudah mulai berkurang (semoga). Mulai dari nggak ingat jalan pengakuan: ini faktor utama sering nyasar HAHAH, salah naik kereta 4 kali waktu mau pulang dari camp AFS gara-gara masih nggak mudeng sama sistem platform dan rute-rute keretanya, salah turun halte bus, banyak deh. Cuman, yah, emang yang namanya belajar lebih cepat kalau lewat pengalaman. Lebih cepat inget jalan kalau udah sering nyasar.

Waktu salah jalan mau balik dari sekolah ke rumah, cuman gara-gara keterusan jalan dan salah ngambil belokan #...

Maka beruntunglah saya punya satu teman AFS di Jerman yang juga tinggal di Hamburg. Bagai jadi tour guide dadakan, dia ngajak saya keliling pusat kota dan rasanya saya nggak akan nyasar parah sekarang kalau seandainya terdampar di sana pada suatu hari #hei Pengenalan kota (termasuk rute-rute kereta, halte bus/kereta patokan, dll), jalan-jalan dan mampir ke tempat-tempat menarik, dan juga sedikit wisata kuliner (walaupun cuman döner yang terkenal dengan porsi gede + rasa enak + harga oke dan es krim seharga 90 sen saja).

Harbour-nya (sekilas info: Hamburg terkenal sebagai 'kota pelabuhan'), salah satu taman dekat central station (Hauptbahnhof), dan depannya Hauptbahnhof sendiri yang selalu lengkap dengan orang-orang yang kelihatan buru-buru (I'm not even kidding).

Hamburg at night! Kesampean juga mau night photography di kota dengan pantulan cahaya lampu ke air, hahah.

Dan sekali lagi saya bilang, setelah jalan-jalan dengan dia, saya jadi lebih tenang karena ngerasa "paling nggak kalau nyasar udah ada beberapa patokan" (...) dan mulai merasa familiar dengan kota tempat tinggal untuk 9 bulan ke depan. Lagipula kalaupun masih suka nyasar (jangan sampe), saya nggak merasa segitu takut kalau nyasar di Hamburg. Beda sekali dengan di Jakarta—semua transportasi sudah punya jadwal dan memang teratur nggak kayak busway yang dulu sempet on-time 3 menit sekali tapi sekarang sampe baris di depan halte-nya, jalanannya terstruktur, udara isinya nggak cuman asap sehingga kalau mau jalan kaki jauh masih merasa nyaman, dan juga pemandangan—yang menurut saya—bagus buat cuci mata.

Makanya bener juga kata hostmom saya di sini—asal bermodal fahrkarte dan mental bagus (alias nggak kemudian jadi super panik dan nangis waktu nggak tau jalan), pasti bisa pulang ke rumah dengan selamat.

Saturday, November 9, 2013

And I am now in...


Posting from Hamburg, Deutschland.

Wow.

Akhirnya nyampe juga ke sini. Seperti yang dibilang di post sebelumnya, saya menunggu sebuah 'kegiatan' yang akan berlangsung sekitar 8-9 bulan. Said kegiatan adalah program pertukaran pelajar (dari AFS/Bina Antarbudaya) dan kebetulan (atau nggak?), saya ditempatkan di Jerman dan dapat kota di Hamburg. Setelah total perjalanan 20+ jam dari Indonesia, nyampe juga dengan badan utuh di negara ini. Kya.

Dan kesan pertama tetaplah 1.) "Njir, dingin juga, ya." dan 2.) Titans. Titans everywhere.

#hoi

Anyways, I will be looking forward to stuff that will happen in the near future! Semoga saya bisa belajar dan meng-experience banyak hal nanti di Jerman, whoo.

Wednesday, October 16, 2013

Temporary NEET?

Yes—I am now a (hopefully) temporary NEET, alias Not in Education, Employed, or Training. Sekolah sudah selesai, belum bisa kuliah karena menunggu sesuatu ('sesuatu' itu juga akan dilaksanakan selama kurang-lebih 8-9 bulan dan akan dibocorin sebentar lagi), dan waktu untuk nyari kerjaan ataupun magang ke suatu tempat juga mepet sekali. Alhasil, nganggur banget di rumah. Dari dulu kepengen tahu hidup jadi NEET itu gimana, dan sekarang akhirnya bisa ngerasain juga. How does it feel?

Well, mixed feelings juga, sih.

Di satu sisi lepas dari beberapa kewajiban dan rasanya plong, kecuali kalo mendadak lupa ada PR les yang harus dikumpulin keesokan harinya #... Waktu luang juga buanyak sekali, dan jauh lebih banyak dari waktu homeschooling dulu. Untungnya (?) sih, akhir tahun ini deretan convention banyak sekali, jadi selain switch shop-a-holic nyala, jadi termotivasi juga ngeliat karya-karya orang lain.


So, sepertinya dari tengah bulan lalu sampai sekarang, saya fokus ke 'getting the hell out of my comfort zone in drawing'. Hasilnya, menurut saya, efektif banget, secara saya ini notorious dan sering diasosiasikan dengan kata 'mager' dan/atau 'malas'. Jadi nemu hal-hal yang baru dan berhasil eksperimen juga, dan karena itu pula "akhirnya kesampean nyoba X" bisa diucapkan. Asik.

Selanjutnya? Lanjut, dong. Masih banyak hal yang pengen dilakukan, yang pengen dicapai, tancap gas, gan. Lanjuut.

(Tapi jangan lanjut jadi NEET. Serius, nganggur kayak gini bosen juga, ya. Pengen ngapaiiin, gitu. Semoga 'sesuatu' itu cepat terjadi, deh. Nanti diceritain di sini kok.)

Wednesday, August 28, 2013

Change 2.0??


Dari dulu pengen nyoba warnain rambut dan akhirnya kesampean juga, hahah. Kirain ribet, ternyata hair dye yang saya pakai ini sangat ridiculously easy sampe saking skeptisnya, waktu saya bilas rambut, saya teriak sendirian di depan kaca kamar mandi: "LHO BERUBAH BENERAN HAHAHAAH—"#maafkandaku #maklumbarupertamakalinyoba

Terus setelah berhari-hari mencari nama warnanya—saya masih belum nemu warna pastinya apa. Paling deket sih burgundy tua, cuman kayaknya nggak semerah itu. Jadi ini rambut tuh... campuran coklat/merah tua/ungu/hitam. Kalau di dalam ruangan jadinya hitam, tapi ada hint-hint ungu dan merah tua. Kalau di bawah sinar matahari, kelihatannya coklat tua kemerahan + ungu dikit. Nah, lho.

Iya gado-gado ya, tapi jadinya imo memuaskan. Kapan-kapan coba lagi ah pake warna lain yang mirip-mirip merah begini.

Tuesday, July 9, 2013

GJUI 2013, Comifuro, dan Debut Para Bajak Laut

Tahun lalu saya datang ke GJUI sebagai pengunjung dan tukang belanja. Tahun ini, saya datang sebagai partisipan comifuro dan..... tukang belanja. Masih. Kayaknya kata 'belanja' itu nggak bisa lepas dari seorang Asa, ya. Untung tahun ini teman baik dan bro satu stand saya yang bernama Mino berbaik hati untuk membelikan saya barangnya dahulu. Kalau nggak, gimana cara ini bakal kelewatan banyak sekali barang bagus?

Sebenarnya ini cerita berawal dari tiga bulan yang lalu saat pendaftaran Comifuro alias Comic Frontier baru dibuka. Art circle kami, Pirates of the Irregular Table, sudah ada sejak lama, tapi sampai sekarang masih stagnan-stagnan saja. Makanya kami ingin mencoba sesuatu yang baru, sampai akhirnya kita mengumpulkan nyali untuk mengisi formulir dan daftar Comifuro 2. Wah. Pertama kali ikut convention dan langsung Comifuro.

Panik? Pasti.

Hal-hal yang terjadi sewaktu kita mempersiapkan Comifuro ini tentunya banyak sekali. Mulai dari planning ngerjain doujin bareng Aoi di rumah Hikari yang selalu berakhir jadi sesi ngebo bersama, mengerjakan postcard dan toning doujin di tengah-tengah lautan latihan soal dan ujian (paket C HAHAH ujian terakhir lulus SMA dan saya malah ngerjain beginian orz), nggak tidur bareng beberapa member untuk mempersiapkan ini-itu, wah sekali pengalamannya. Salut banget sama circle-circle yang udah rajin tabling. Jadi begini, toh, penderitaan mereka.

Namun, jerih payah kita akhirnya terbayar. Mungkin nggak semenarik yang lain, tapi rasanya bahagia banget waktu ngeliat stand kita sudah selesai diatur dan siap untuk melakukan penjualan. Rada nyesel sih nggak bawa kamera DSLR, tapi setidaknya sudah bisa diabadikan dengan difoto pakai kamera iPod (yang sebenernya kualitas sampah banget orz).

Pirates of the Irregular Table, siap berlayar!

Lucunya—bentuk meja kita ini nyambung sama nama circle. Meja stand lain itu lurus semua, sedangkan punya kami miring sendiri. Bener-bener Pirates of the Irregular Table, hahah. Barang-barang yang kita jual mulai dari doujinshi (Kuroko no Basket. Genre-nya komedi dan saya juga heran kenapa ide cerita kita bisa senista ini...), berbagai macam prints, postcard, sampai kaos! Hahah, kalo kaos itu ide saya. Sebuah impian masa kecil jualan kaos, sebenarnya, tapi itu mah cerita lain.

Beneran nggak nyangka, ya ampun TuT

Yang paling bikin kaget adalah doujinshi kami berhasil sold out! Heran sekaligus terharu. Terima kasih banyak kepada para pembeli yang telah membeli doujin kita yang waktu masa pembuatannya sudah kami anggap seperti ngelahirin anak sendiri (...). Pokoknya luar biasa kalian semua. Kami akan tetap semangat untuk membuat doujinshi lagi di kemudian hari /o/

Lalu ada lagi pengalaman yang unik, yaitu saya menyanyi di depan umum HAHAHAH. Dulu pernah ikut pandus dan sempat pentas di depan orang tua murid di sekolah, tapi feeling-nya beda banget. Kalau di pandus saya harus pakai falcetto dan bernyanyi bersama teman-teman, kali ini saya sendirian dan mutusin urat malu untuk nyanyi lagu screamo. Belum lagi saya menjadi penutup untuk ajang utattemita ini. Entah gimana ceritanya yang tadinya saya hanya mau menonton acara menyanyi lalu tiba-tiba jadi nyamperin panitia dan nyodorin iPod buat daftarin lagu Escapes-nya Draw the Emotional atas nama Asa, terus sampai di panggung dan mulai nyanyi. Astaga. Saya hanya berharap para penonton di situ terhibur dengan performance dadakan saya sobs.

Nah, sayangnya karena saya kebanyakan jaga stand, jadi saya hampir gak kemana-mana kecuali di area gedung Comifuro itu. Makanya, mungkin karena itu saya juga jadi banyak belanja dan keliling-keliling stand orang. Saya senang di sana bisa menambah kenalan fellow artist, bahkan juga fellow musisi dan penyuka band Foreground Eclipse (plis banget lah ini harus disebut). Puas banget deh hari itu. Belanjanya pun juga puas—dan saya heran kenapa keluar duitnya nggak separah biasa dan... kenapa jadi (hampir) 50% Eva begini...

Loot tahun ini; Mulai dari doujinshi, print, bookmark, sampai CD arrange Touhou.

Oh iya—setelah Comifuro, saya pengen keysmash karena mengetahui eksistensi CD arrange Touhou di Indonesia. Senang banget, karena saya paling doyan sama yang beginian dan gak nyangka akhirnya ada juga arranger dari Indonesia, hahah. Sebenarnya sudah planning mau membuat band arrange Touhou sendiri yang bergenre rock/metal juga, sih. Sayangnya karena tahun ini lagi ada ujian, saya tidak jadi mengeluarkan demo CD (yang ini masih genre akustik) karena masih kurang beberapa lagu. Mungkin untuk tahun depan, Pirates of the Irregular Table bisa buka booth lagi di Comifuro 3 dengan doujinshi yang lebih asik dan juga CD arrange Touhou yang sudah benar-benar nge-rock/metal!! ;u;

Saturday, May 11, 2013

Si Kecil Penguras Duit

Bertahun-tahun yang lalu—sepertinya waktu saya masih duduk di bangku SMP—saya mulai tertarik dengan dunia figurin berkat membaca beberapa anime blog dan akhirnya mulai ingin mengoleksinya. Beruntung sekali pada saat itu, saya ingat ayah saya sedang bertugas ke Hong Kong selama hampir sebulan, makanya saya pun langsung menitip banyak sekali hal kepada beliau yaaang pastinya berupa figurin. Karena dulu belum se-hard core itu, maka saya hanya menitip figur-figur yang berhubungan dengan fandom saya atau yang character design-nya saya suka (walaupun belum pernah menonton anime/baca manga/main game-nya).

"BELAJAR SANA!!" Haruhi kena instagram ihiy (...)

Inget banget, figurin pertama yang saya mau adalah nendoroid Suzumiya Haruhi dan juga figurin 1/8-nya keluaran Max Factory. Posenya bersemangat dan saya suka desainnya, makanya saya pun langsung menitip. Alhamdulillah, dapatlah dua figur itu dan dari situ mulailah saya ingin mengoleksi lebih banyak lagi. Punit Collection Alicia Florence (Aria), Figma Shana (Shakugan no Shana) dari maxfactory juga, lalu juga set trading figure Fullmetal Alchemist.

Cuman karena saat itu kondisi finansial saya sama sekali nggak mendukung, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti mengoleksi figurin dan memandang dari layar komputer dan kaca etalase toko saja. Padahal saya sudah jatuh cinta sama yang namanya nendoroid, tapi apa boleh buat.

Namun, semua berubah gara-gara makhluk yang satu ini:

"Asa-sama, belajar ya. Kalau iya, nanti aku nyanyiin lagu ehe☆" giting lo Sa

Pikirnya, saya beneran nggak akan beli figure lagi; tapi begitu mendengar bahwa vocaloid favorit saya dijadikan nendoroid, langsung deh saya jadi rusuh. Ingin sekali membeli, cuman rasanya Gumi jauh sekali dari jangkauan saya. Makanya saya hanya bisa senyum kecut saja waktu sudah ada yang nge-review atau melihat foto-fotonya. Mau meng-order pun agak repot karena saya harus pinjem rekening orang tua. Jadilah saya pasrah saja mendapatkan Gumi sampai...

...teman saya yang sudah berada di lokasi menelpon saya di tengah jalan waktu saya lagi otw ke Toy's Fair bersama teman saya yang lain. Katanya dia lihat ada Gumi, dan dia tahu betapa inginnya saya memiliki nendo yang satu itu. Literally saya teriak di dalam mobil (...) dan menyuruh dia untuk minta tolong disimpenin biar bisa langsung beli pada saat itu. Saya bahkan nggak bertanya harga, langsung minta simpan. Syukurlah waktu sampai di lokasi dan bertransaksi dengan penjualnya, uang saya cukup. Ternyata jika tuhan menghendaki, jodoh bisa datang #woi

Masalahnya sejak saya membeli Gumi, rasanya hasrat saya untuk mempunyai nendo menyala lagi. Wanted list yang saya sudah lupakan lama-lama mulai bertambah lagi (walaupun, yah, semuanya nendoroid). Fujiwara no Mokou, Dead Master, Princess of Crystal, Tomoe Mami, Spiderman, Iron Man, Sheryl Nome; Salahkan lineup yang semakin lama semakin bagus, hiks. Makanya, serba salah juga sekarang. Antara ingin beli dan tidak, tapi ingin mempunyai. Hauuh.

Sunday, April 21, 2013

A Change Might (Hopefully) Be Good

Seminggu terakhir ini, seorang Asa mulai rewel ingin potong rambut. Ke siapa pun, di mana pun—apalagi kalau cuaca dan/atau udara sedang panas—kalimat "Ah gila pengen potong rambut," pasti keluar dari mulut. Sebenarnya sih ini penyakit triwulan (atau 4 bulan sekali—apa sih namanya nih?), dimana tiap tiga bulan pasti rambut sudah mulai panjang dan menggelitiki leher. Gerah, lah. Panas, lah. Nggak tahan saya sama rambut panjang walaupun dulu rambut saya pernah sepanjang Sadako (...). Cuman kali ini yang mengganggu bukan hanya rambut di bagian belakang, tapi juga poni saya.

Sehingga akhirnya karena kesal sendiri, saya memutuskan untuk potong poni sendiri. Hasilnya?

Yeehaaaaaaw. Self portrait gini cukup lah, ya.

Begitulah. Mungkin untuk yang nggak pernah lihat saya di dunia asli akan biasa-biasa saja. Untuk yang sudah pernah? When you see it, you will shit bricks be asking questions. Ah tapi biarlah kalau teman-teman saya pada nggak suka, yang penting saya puas dan—hei, akhirnya sudah cukup bernyali untuk berubah dikit-dikit.

Baby steps dari poni. Boleh, lah.

Wednesday, April 10, 2013

Earphone-nya Berenang?

Ceritanya—kemarin malam dengan indahnya earphone Apple saya (yang lama, yang satu bundle dengan iPod Touch itu) nyemplung ke dalam gelas Milo dingin yang saat itu sedang bertugas menemani saya mengerjakan soal-soal latihan matematika. Bagaimana ceritanya? Saya sendiri juga nggak ngerti. Pokoknya sewaktu saya mengambil earphone itu kembali dan kemudian mencobanya, suaranya jadi lebih jelek dan lebih pelan dari sebelumnya. Bah. Jadilah saya harus beralih kepada earphone handphone Samsung saya yang... kualitas suaranya standar sekali.

Sebenarnya, sih, saya antara senang dan sedih dengan kejadian ini. Senang karena ada alasan untuk ganti earphone, tapi juga sedih karena berarti earphone saya tinggal satu dan karena saya sudah terlanjur pewe dengan earphone Apple. Semestinya yang Samsung ini buat cadangan saja—dan, benar pula saya jadikan cadangan, karena akhirnya terpakai juga—but, oh well. Memang titah dari yang di atas disuruh ganti dan nabung buat earphone yang bagusan.

Lalu untuk yang mengikuti blog saya (emang ada gitu yang ngikutin?), mungkin kalian bertanya; buat apa si Asa butuh headphone dan earphone? Jawabannya—kalau yang earphone itu untuk skype-an, menonton film di laptop, dan kadang untuk nge-drum (karena saya pakai drum elektrik). Kuping saya kurang bersahabat kalau menggunakan headphone saat melakukan hal-hal seperti itu. Jadi kalau headphone, tentu saja untuk mendengarkan lagu. Karena itu pula kalau memilih headphone, saya pasti memilih yang bass-nya kencang.

Beruntung pula seorang manusia yang baik hati memberi saya headphones idaman saya sewaktu saya berulang tahun 2 minggu yang lalu, yakni Sennheiser PX200II. Ihiy. Jadi sekarang headphone Sennheiser saya ada dua. Yang satu (yang besar, yang HD201) saya pakai di rumah, sedangkan yang kecil dan jauh lebih portable (PX200II bisa dilipat dan ada sarungnya pula hurrhurr) adalah yang saya bawa kemana-mana.

Kiri ke kanan, atas ke bawah: earphone Samsung yang satu bundle dengan handphone, earphone Apple yang satu bundle dengan iPod Touch, headphone Sennheiser HD201, headphone Sennheiser PX200II beserta sarungnya (...)

Kalau untuk earphone—nah, kita lihat apakah saya sudah cukup berduit atau beruntung untuk membeli earphone baru yang kualitasnya lebih oke. Mungkin antara Sennheiser lagi, iye saya langganan sama ini merek atau earphone Apple yang baru, yang—to my surprise and probably everyone's—jauh lebih bagus dari yang dulu.

Friday, March 8, 2013

+500 Cosplayers dan Cowok-Cowok Edan

Tanggal 2-3 Maret 2013 minggu kemarin diadakan sebuah acara cosplay yang cukup besar di Gandaria City yang dinamakan Pre-Clash. Awalnya saya tidak ada niatan untuk datang, apalagi karena harga tiket masuknya sudah membuat saya mojok duluan. Sebenarnya (katanya) jika kita cosplay, masuknya akan gratis. Masalahnya kostum saya yang baru ini belum kelar; jadi yaa jika saya ingin masuk event-nya, saya harus membeli tiket.

Untunglah ada seseorang yang kebanyakan duit sangat baik hati dan bersedia untuk membelikan saya tiket masuk event-nya. Sebutlah dia si A. Belum lagi dia juga bersedia untuk menjemput saya di tempat les dan juga mengantarkan saya pulang setelah acara selesai.

Saya pikir rencana untuk hari sabtu ini—ah, ya, saya datang hanya di hari pertama—sudah bagus sekali. Selesai les dan menunggu jemputan pun saya masih santai-santai saja. Waktu masuk ke mobil teman saya itu, saya juga pikir hari ini akan berlangsung cukup mulus.

Nggak tau aja pas sore-sorenya ada plot twist yang bikin kaki gemetaran waktu sampai rumah.

Monday, February 25, 2013

Welcome (back), M'dear Headphones

Akhirnya setelah menunggu sebulan lebih, garansi headphone Sennheiser saya selesai diproses dan headphone saya pun sudah kembali lagi ke habitatnya (alias nongkrong di atas meja dan menunggu dipakai oleh saya). Senang? Oh iya pastinya dong. Saya terpaksa memakai earphone Apple yang, maaf, kualitas suaranya jauuuuh di bawah. Menderita sekali untuk saya yang terkadang mesti mixing sering mendengarkan lagu-lagu bergenre metal dan rock.

Alasan saya balikin adalah karena pada suatu hari di bulan Desember, saya menemukan bahwa suara di headphones saya mati sebelah. Panik, akhirnya saya pun coba mencari solusi sampai.... saya ingat bahwa garansinya masih dua tahun. Langsunglah saya secepatnya pergi ke toko tempat saya membeli ini headphone setahun yang lalu untuk menukarnya. Jadinya sih lumayan lama, sekitar sebulan. Sempet saya tagih cuman mengingat pusat Sennheiser-nya jauh yaa jadi mesti menunggu.

Daaan headphone saya pun kembali ke habitatnya. Yay.

But now, yang penting adalah mereka sudah kembali. Agak shock juga karena sudah lama pakai earphone terus tiba-tiba pakai headphone. Sekarang pun saya juga sudah belajar dari pengalaman dan nggak mau terlalu brutal (?) sama dia. Dulu saya selalu bawa dia kemana-mana dan main ditaruh saja di tas kecil. Sekarang, yah, make do sama earphone Apple sampai saya berhasil nabung untuk earphone yang bagusan atau headphone Sennheiser PX200II yang bisa dilipat, amin. Semoga nggak ada acara rusak-rusak lagi setelah ini, apalagi karena saya tinggal ini di rumah terus.

Sunday, February 3, 2013

'Sup, February

Menyambut bulan Februari yang—kalau kata orang-orang—penuh perasaan cinta karena hari Valentine kebetulan ada di bulan tersebut, saya menyambutnya dengan perasaan yang biasa-biasa saja tapi dengan keadaan badan yang tidak biasa-biasa saja #apaan.

Kemudian saya pun berubah menjadi makhluk ingusan berhidung merah yang selalu bawa tissue roll kemana-mana.

Awalnya hanya batuk-batuk ringan sejak akhir Januari, tapi lama-lama menjadi cukup parah. Setelah itu muncul flu, daaan kemudian demamnya pun jebe-jebe dan ikutan muncul tepat tanggal 1. Jadi setelah berbulan-bulan tidak sakit, saya akhirnya disuruh istirahat sama yang menguasai dunia (alias Yang di Atas sana) karena diberi flu + batuk + demam. Triple combo yang sangat wow fantastic baby, tapi mau diapakan lagi selain minum obat, istirahat, dan doa biar cepat sembuh?

Yah, mau istirahat juga saya masih ada berbagai kerjaan dan harus lanjut belajar, makanya jadi serba salah juga. Demam alhamdulillah sudah turun, tetapi batuk dan pilek masih betah dekat-dekat saya (...). Apakah ini menandakan bahwa Februari akan menjadi bulan yang hectic dan memperingatkan saya untuk lebih menjaga kesehatan tubuh?

Mungkin. Atau mungkin juga ini sebuah peringatan karena akhir-akhir ini begadang melulu gara-gara Tumblr-an dan keasyikan browsing di Pixiv sampai malem...

Tuesday, January 8, 2013

Tonari no who-the-hell-are-you-kun

Semenjak anime Tonari no Kaibutsu-kun habis, hari-hari saya menjadi lebih kosong karena itu adalah salah satu anime yang saya ikuti di season lalu. Pengen baca manga-nya, cuman karena udah panjang dan masih on-going jadi rada males. Padahal kalau melihat dari anime-nya, ini salah satu shoujo series yang bagus sekali, apalagi dalam masalah character development. Sudah itu semenjak nonton Tonari no Kaibutsu-kun, saya juga jadi mulai berpikir mengenai banyak hal—mulai dari teman-teman saya, sekolah, love life (whatmakesyouhaha.mp3), dan.........belajar.

Entah mungkin terinspirasi dari Shizuku atau karena menonton series ini bagai sebuah wake up slap, suatu malam saya pun beranjak dari sofa tempat saya biasa internetan dan berbicara kepada ibu saya. Kata-katanya adalah,

"Bunda, Asa mau ikut bimbel buat nanti ujian paket C."

Karena saat itulah saya menyadari bahwa ujian tinggal beberapa bulan lagi, saya mesti ngejar materi (cukup) banyak,


dan saya bukanlah seorang Yoshida Haru (yang kelihatannya bodoh tapi sebenarnya punya otak encer).

Wednesday, January 2, 2013

Udah Gede Masih Juga Minum Susu?

Masih, dong.

Cuman.... saya menemukan kalau sebelum jam 12 siang perut saya akan berulah jika mengkonsumsi susu. Bisa mules sampai siang. Gara-gara itu Target sehari paling tidak minum susu satu gelas jadi hancur karena sistem pencernaan saya yang mendadak masuk ke tahap rebellious bak seorang remaja baru puber. Ooh, gak bisa dibiarkan. Makanya saya berniat untuk mencari alternatif lain yang bisa menggantikannya.

Nyoba susu merek lain, tetap saja sakit perut. Susu bubuk, masih juga. Susu yogurt, wah makin berulah. Akhirnya beberapa minggu yang lalu, ibu saya menawarkan Milo—walaupun itu semacam setengah coklat dan setengah susu.

....uhh iya bukan, sih?